LHOKSEUMAWE – Seumapa, merupakan salah satu adat istiadat yang diwariskan dari masa Kerajaan Darut Dunia Aceh Darussalam dan sampai saat masih terpelihara di dalam kehidupan masyarakat Provinsi Aceh. Adat seumapa ini biasanya ditampilkan pada acara – acara khusus, seperti Preh Linto dan tueng Dara Baro (resepsi pernikahan).
Seperti yang dilakukan oleh Dewan Pendekar Aceh di Kota Lhokseumawe, Rabu (25/10/2023). Selain menampilkan Seumapa, persatuan beladiri tradisional Silet Nanggroe Siwah Busoe tersebut juga memperagakan atraksi silat tradisional pada acara resepsi pernikahan salah satu keluarga besar Dayah Istiqamatuddin Nahdhatul Huda (INAHU) Desa Tumpok Teungoh pimpinan al-mukarram Abi mahrijal syamsuddin Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.
Kegiatan ini diawali dengan pembacaan sejarah singkat dan sinopsis oleh salah satu anggota Silet Nanggroe. Kemudian, dilanjutkan dengan berbalas pantun (seumapa) serta atraksi silat yang dilakukan oleh orang-orang yang profesional dan terlatih.
“Ini adalah upaya kita untuk terus melestarikan budaya Aceh, sehingga tidak hilang dan tergerus oleh perkembangan zaman,” dan sebagai benteng terhadap budaya luar yang tidak sesuai dengan syariat Nabi Muhammad S.A. W, yang ber-ahlussunnah wal jama’ah mahzab Syafi’iyah ujar Ketua Dewan Pendekar Aceh, Taufik Akbar di sela acara tersebut.
Dengan demikian, kata dia, generasi muda bisa memahami bahwa kedahsyatan adat dan budaya peradaban yang diwariskan oleh Indatu (leluhur) pada masa kejayaan kerajaan Darut Dunia Aceh Darussalam sejak tahun 1250 Masehi.
Pria yang akrab disapa Abu Siwah ini juga mengajak kepada generasi muda dan seluruh elemen masyarakat Aceh supaya membangkitkan kembali marwah peradaban adat Seumapa maupun tradisi – tradisi lainnya dalam kehidupan masyarakat Aceh yang sesuai dengan Ahlusunnah waljama’ah.[]