ACEH UTARA – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Meutia menghasilkan tiga ton limbah medis setiap bulan. Penanganan dilakukan dengan pemisahan oleh penghasil pada setiap ruangan pasien.
“Kalau per hari limbah dihasilkan 110 kilogram,” kata Humas RSUD Cut Meutia, dr. Harry Laksamana, kamis, 24 Oktober 2024.
Harry menambahkan, limbah tersebut dikelompokkan menjadi organik dan anorganik, sampah medis dan sebagainya. Usai dipisah dalam ruangan, kemudian diangkut petugas ke tempat penampungan sementara (TPS).
“Kita tidak mengolah di rumah sakit. Pengolahan tetap dilakukan oleh pihak ketiga, karena ini limbah beracun dan berbahaya,” ucapnya.
Adapun runtunan penanganan limbah medis yakni, mengumpulkan, memisahkan, mengangkut sampai ke penyimpanan sementara. Terakhir diangkut oleh pihak ketiga untuk diolah.
“Kita simpan dulu di penyimpanan sementara, di bawah pengawasan kepala Instalasi Pengolahan Saluran Limbah (IPSL). Mereka akan melakukan berdasarkan standar operasional prosedur (SOP),” tuturnya.
Limbah di tempat penampungan sementara itu, akan diangkut dan dijemput oleh pihak ketiga menggunakan armada pengangkut mereka.
Harry mengaku, kendala dialami pihak rumah sakit yakni kurangnya kesadaran masyarakat dalam memilah dan membuang sampah.
“Seharusnya limbah medis tidak dicampur dengan sampah lainnya,” ucap Harry.
Harry menyatakan, dirinya tidak hanya berfokus kepada pelayanan pasien saja. Namun kebersihan rumah sakit juga dipastikan membuat masyarakat nyaman. (Adv)