Salah satu tradisi yang sangat kental di masyarakat Aceh dikenal sebagai Seumapa tetap hidup dan mengukuhkan budaya serta agama di Provinsi Aceh. Tradisi ini melibatkan berbalas pantun untuk menyambut pengantin dengan adat Aceh, lengkap dengan barisan pandekar-pandekar Aceh yang berdedikasi serta masyarakat yang peduli akan warisan budaya Indatu di Kota Lhokseumawe, sesuai dengan cita-cita pendiri kesultanan Atjeh yaitu sultan Ali mughayatsyah Johan berdaulat 1507 Masehi yang termaktub dalam 21 maklumat-mua’afakat Kerajaan bandar Atjeh Darussalam.
Pesantren (Dayah) Istiqamatuddin Nahdhatul Huda (INAHU) di Kota Lhokseumawe, seperti biasanya, mengadakan Seumapa dalam setiap acara adat, seperti Preih Linto-Tueng Dara Baro, yang dihadiri oleh dewan guru dayah atau undangan dari dalam dan luar kota. Acara Seumapa Silet Siwah Busoe INAHU menjadi wujud nyata dari pemeliharaan budaya dan adat Aceh yang berspritualitas tinggi itu.
Dalam acara tersebut, terdapat penampilan sederetan pandekar dari pageu (pagar) Dayah INAHU yang merupakan dewan guru dan santri yang berada di bawah payung Silet Nanggroe Siwah Busoe pageu Dayah Kota Lhokseumawe.
Mereka dipimpin oleh seorang pendekar, Tgk Taufik Akbar yang dikenal dengan sebutan Abu Siwah, yang juga sebagai pelatih terbaik “Peraih medali perak” pada kejuaraan dunia pencak silat tradisional championship di roermond Belanda tahun 2021.
Penampilan mereka menggambarkan sejarah Indatu orang Aceh yang mendidik jiwa patriot, pejuang, dan individu yang mumpuni dalam memahami agama Islam di bawah payung mazhab Assyafi’iyyah, tauhidnya as’ariyyah, dan tasawufnya mengikuti Imam Syehk Juned Arbaqdadiyah.
Acara ini juga menampilkan sesuatu yang unik, yaitu penampilan seni beladiri Radja Kunto Muay-thai Busoe, yang dimiliki oleh Tok Pasai dari Kerajaan Islam Samudera Pasai. Pada abad ke-8, Kerajaan Samudera Pasai merupakan penghubung penting dalam penyebaran Islam ke Thailand. Teknik Radja Kunto ini hasil koreografi dari Tgk Ramazani, yang juga merupakan ketua sasana Muay-Thai Kota Lhokseumawe. “Ini adalah pengingat akan peran besar kerajaan Aceh dalam sejarah Islam di wilayah Pattani Thailand dan semenanjung Melayu atau Asia tenggara,” ujar Abu Siwah.
Sementara, pimpinan Dayah INAHU, Al-Mukarram Abi Mahrijal Syamsuddin menjelaskan, Seumapa Pendekar Silet Nanggroe Siwah Busoe ini merupakan kegiatan resmi dalam Dayah INAHU. Ia berharap, kehadiran Silet Siwah Busoe INAHU dapat memperkuat Dayah INAHU sebagai benteng dalam memerangi kemaksiatan dan kemungkaran, serta mendukung tegaknya Syariat Islam di Kota Lhokseumawe.
Selain itu, Abi Tumpok Teungoh ini juga menaruh harapan agar tradisi ini dapat mencetak generasi berkarakter positif, taat, sehat lahir batin, berani, disiplin, kerja keras, jujur, setia dan berprestasi, serta paham akan sejarah Indatu ureung atjeh. Dengan demikian, tradisi Seumapa dan kegiatan di Dayah INAHU akan terus menjadi tonggak penting dalam menjaga keberlanjutan peradaban budaya indatu dan agama Islam di Aceh.[]