GAZA – Tentara Mesir telah mengerahkan ribuan pasukan ke perbatasan dengan Jalur Gaza yang terkepung ketika perang Israel terhadap Hamas.
Sumber suku di provinsi Sinai Utara mengatakan, kepada The New Arab bahwa tentara Mesir telah meningkatkan kehadirannya di kota Rafah dan di sekitar perbatasan dengan Gaza, satu-satunya penghubung wilayah Palestina dengan dunia luar, dan sejak itu pesawat terbang melayang di sekitar wilayah tersebut.
Yayasan Hak Asasi Manusia Sinai yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa perwira militer dari berbagai tingkatan terlihat di tempat kejadian, mengunggah di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, sebuah video yang menunjukkan konvoi truk dan tank tentara menuju dari ibu kota Sinai Utara, El- Arish, menuju Rafah.
Namun alasan sebenarnya atas kehadiran intensif tentara di perbatasan tersebut belum diumumkan secara resmi, pada saat lebih dari 200 warga Palestina terdampar di Sinai Utara setelah pemerintah Mesir menutup perbatasan Rafah pada hari Senin hingga pemberitahuan lebih lanjut.
“Satu-satunya pembenaran atas kehadiran militer tersebut adalah untuk menghalangi segala upaya warga Palestina untuk menyusup secara ilegal ke Mesir karena teori konspirasi tentang Mesir yang menyerahkan sebagian Sinai kepada warga Gaza untuk membangun negara mereka sendiri baru-baru ini muncul kembali,” kata seorang pakar keamanan kepada TNA yang tidak mau disebutkan namanya.
Pada hari Selasa, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menyuarakan keprihatinan atas eskalasi di Gaza, dan menggambarkannya sebagai “sangat berbahaya. Dalam pidatonya di depan umum, Sisi membantah teori konspirasi tentang Mesir yang menyerahkan sebagian Sinai Utara kepada warga Gaza untuk mendirikan negara otonom. Sisi mengatakan Mesir tidak akan membiarkan masalah ini diselesaikan dengan mengorbankan pihak lain.
“Mesir telah mengendalikan, sebagian besar, militansi di Sinai Utara, menghancurkan ratusan terowongan yang digunakan pemberontak untuk memasuki negara tersebut, banyak di antaranya [diduga] warga Palestina. Namun masih ada kekhawatiran mengenai kemungkinan munculnya perang baru melawan teror mengingat keadaannya,” sang ahli menyimpulkan. Sejak tahun 2007, Mesir dan Israel telah memberlakukan blokade ketat terhadap Gaza setelah Hamas mengambil alih kekuasaan menyusul bentrokan dengan faksi saingannya, Fatah, yang menguasai Tepi Barat.
Hampir satu dekade kemudian, ketika Hamas melepaskan afiliasinya dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok yang secara hukum dilarang di Mesir sejak tahun 2014, rezim Mesir melunakkan sikapnya terhadap faksi Palestina. Mesir dan Israel secara teknis telah berdamai sejak tahun 1978 dan memiliki hubungan diplomatik dan ekonomi yang kuat.[]