LHOKSEUMAWE – Deru banjir yang melanda Aceh Utara bukan hanya merendam rumah dan sawah, tapi juga menghapus satu dusun Lhok Pungki, Desa Gunci, Kec. Sawang Aceh Utara. Sebanyak 84 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal, menyisakan tanah retak dan alur sungai baru yang membelah bekas permukiman. Di tengah situasi ini, rombongan Kapolres Lhokseumawe AKBP Dr. Ahzan, S.H., S.I.K., M.S.M., M.H. menembus medan berat untuk melihat langsung kondisi warga pada Selasa (9/12/2025).
Di satu titik, perjalanan rombongan terhenti ketika melihat sekelompok anak duduk murung di pinggir jalan. Kapolres mendekat, menyapa dengan candaan ringan.
“Siap grak!” serunya sambil memberi aba-aba seperti melatih barisan kecil. Tawa pun pecah. Dalam sekejap, wajah yang sebelumnya muram berubah ceria. Ia membagikan biskuit dan jajanan, berusaha menenun kembali semangat yang terkoyak banjir.
Perjalanan dimulai saat langit terang hingga gelap malam ini mengharuskan rombongan harus menyeberangi sungai ke Desa Gunci menggunakan rakit tradisional, setelah jembatan utama putus digilas banjir. Arus sungai masih kuat dan udara lembap memeluk kulit. Setelah tiba di seberang, perjalanan berlanjut dengan motor trail, tetapi medan semakin tak bersahabat. Tanah longsor, tiang PLN patah dan batang pohon yang terbawa arus banjir memaksa rombongan berjalan kaki sekitar empat kilometer menuju Lhok Pungki.
Medan berat dan lumpur bukan penghalang. “Kita harus lihat sendiri apa kondisi warga,” ujar Kapolres singkat, memastikan semua personel tetap aman selama perjalanan.
Ketika tiba di Desa Gunci, Kapolres bertemu Bupati Aceh Utara H. Ismail A. Jalil., S.E., MM. dan Dandim 0103/Aceh Utara Letkol Arh Jamal Dani Arifin, S.Sos., M.M.D.S. Tiga pimpinan daerah itu berdiri berdampingan menyerahkan bantuan kepada warga yang menegaskan bahwa penanganan bencana ini dilakukan bersama, bukan sendiri-sendiri.
Kapolres, Bupati dan Dandim menyapa pengungsi dan memberikan sejumlah bantuan. Kapolres menyampaikan bahwa mereka datang bukan hanya untuk menyerahkan bantuan, tetapi untuk mendengar secara langsung apa yang dibutuhkan warga. “Hari ini kami turun bersama Pak Bupati dan Pak Dandim untuk melihat keadaan secara nyata, menyerahkan bantuan, dan memastikan apa saja kebutuhan warga. Masyarakat Sawang tidak sendirian menghadapi musibah ini.”ujar Kapolres.
Bupati Aceh Utara juga menenangkan warga dengan suara lembut, “Musibah ini bukan kita minta, tapi pasti ada hikmah. Kita berdoa semoga musibah ini cepat berlalu. Sabar, bapak-ibu, ini ujian.”ungkap Bupati
Dandim menambahkan dengan suara yang mantap namun teduh, “Ini cobaan, tapi setiap kesulitan ada kemudahan. Kami dari TNI akan selalu bersama ibu-ibu semua. Kami tidak akan meninggalkan masyarakat.”tegasnya.
Sementara Fazir, Gecik Gunci yang sejak hari pertama banjir bertahan mengamankan desa, berdiri dengan mata berkaca-kaca. “Terima kasih sudah datang ke kampung kami, Pak Bupati, Pak Kapolres, dan Pak Dandim. Lima hari kami bertahan menjaga warga. Bantuan ini sangat berarti.”pungkasnya.
Ketika tiba di Dusun Lhok Pungki, sunyi menyergap. Tidak ada lagi rumah, pagar, atau jalan desa. Yang tersisa hanyalah hamparan lumpur, kayu patah, dan alur sungai baru selebar belasan meter. Kapolres berdiri menatap bekas permukiman itu—tempat yang sebelumnya ramai kini berubah menjadi lanskap kosong.
Usai dari Lhok Pungki, langitpun mulai gelap. Kapolres bersama personil
kembali pulang dan melanjutkan perjalanan ke tenda pengungsian di Desa Blang Reuling, sawang. Di tempat ini, Kapolres memberikan bantuan sembako dan menyapa satu per satu pengungsi, memastikan kebutuhan dapur umum, obat-obatan, dan logistik terpenuhi.
Lampu temaram tenda pengungsian memantulkan bayangan warga yang duduk menahan lelah. Di antara mereka, Kapolres berusaha menjadi penopang semangat, memberikan kepastian bahwa negara hadir meski malam telah larut.
Bagi warga Sawang, kedatangan itu bukan sekadar menyerahkan bantuan, tetapi menyalakan kembali harapan setelah desa mereka luluh lantak.








