ACEH UTARA — Warga Gampong Alue Seumambu, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara mengeluhkan perihal tidak berfungsinya lapangan bola voli yang dibangun tahun 2021 lalu di gampong setempat. Lapangan yang dibangun di atas lahan milik PTPN IV Regional 6 KSO Cot Girek (dulunya PTPN I Cot Girek) itu diduga menelan anggaran sekitar Rp 180 juta.
“Dulu memang pemuda gampong minta dibangun lapangan voli, tapi masalahnya setelah dibangun malah terbengkalai dan tidak layak pakai. Ada sekitar sebulanan digunakan, setelah itu sebagian ambruk ke aliran sungai setempat. Tahun berikutnya dibangun lagi, kemudian rusak lagi,” ujar Ridwan S, warga Alue Seumambu, kepada wartawan, Rabu, 12 Maret 2025.
Terkait sia-sia nya anggaran desa yang terbuang, Ridwan berharap persoalan itu dapat ditindaklanjuti oleh pihak terkait. “Itu dibangun menggunakan uang negara yang seharusnya bermanfaat bagi masyarakat, tapi kenyataannya malah tidak berfungsi dan sia-sia. Selain dibangun di atas lahan PTPN, sekitar 2,5 meter lebarnya lapangan dibangun di atas badan,” ucapnya.
Kepala Dusun Timur, Ilyas ditemui di lokasi yang sama mengatakan, selain persoalan lapangan voli, pembangunan beberapa unit rumah rehab tahun 2024 juga belum dilaksanakan.
“Tidak ada transparansi anggaran sejak geuchik ini menjabat. Kami juga sempat menanyakan kepada bendahara desa, apa keuchik ada simpan uang di rekening gampong. Namun bendahara bilang, semua anggaran desa masuk ke rekening pribadi geuchik. Untuk rumah rehab 2024 itu ada delapan unit, tapi sudah Maret 2025 tidak ada kabar lanjutan,” bebernya.
Ilyas menambahkan, terdapat empat dusun di Alue Seumambu, yaitu Timur, Barat, Baroh dan Meunasah. “Di sini terdapat 160 KK dengan 400 jiwa lebih,” tukasnya.
Persoalan lain diungkap Pimpinan Dayah Nurul Maula, Tgk Edi Saputra. Katanya, sejak Geuchik Samsuddin menjabat lima tahun terakhir, dayah yang dipimpinnya tidak lagi menerima dana majelis taklim. Sebelumnya setiap enam bulan sekali dana majelis taklim rutin diterima sebesar Rp 2,5 juta dengan jumlah jemaah pengajian mencapai 60 orang.
“Tidak adanya dana majelis taklim sangat mempengaruhi aktivitas di dayah karena di sini juga ada puluhan santri yang menuntut ilmu. Selain itu, lima tahun lalu kami juga kehilangan suplai air bersih PDAM akibat tidak ada uang untuk membayar tagihan. Akibatnya, saat itu anak-anak yang mondok di dayah bahkan tidak bisa berwudhu. Belakangan mantan geuchik sebelumnya membangun sumur bor dengan dana pribadi, sehingga dayah tidak lagi kekurangan air,” terangnya.
Selama lima tahun terakhir, Tgk Edi mengandalkan uluran tangan masyarakat dan dermawan untuk kelangsungan dayah yang telah dibangun sejak 18 tahun lalu itu. “Dayah yang saya pimpin saat ini dibangun masyarakat Alue Seumambu, bukan dayah pribadi. Tujuan didirikan dayah agar anak-anak di desa ini bisa mengaji dan menimba ilmu agama,” tutup Tgk Edi.
Hingga berita ini ditayangkan, wartawan sudah mencoba menghubungi Geuchik Alue Seumambu, Samsuddin, namun tidak ada respon atau jawaban. []
LAPORAN: CUT ISLAMANDA