Gaza – Pasukan milisi Houthi Yaman mulai melancarkan serangan melalui drone ke Israel di tengah serangan besar-besaran pasukan Zionis di Gaza pada Selasa (31/10/2023). Namun kemana Arab Saudi?
Sebelum itu, Israel diketahui telah menerima serangan dari kelompok Hizbullah Lebanon. Yaman menyatakan serangan olehnya itu sebagai balasan sebab Israel sudah menggempur habis wilayah Gaza.
“Drone-drone ini milik Yaman,” kata Abdelaziz bin Habtour, Perdana Menteri Yaman versi Houthi, dikutip oleh Al Jazeera.
Kendaraan udara tak berawak itu sebelumnya ditembak dan jatuh di atas Laut Merah saat mendekati Israel. Sementara itu, Israel menyatakan pasukannya berhasil mencegah serangan drone dari Laut Merah.
Pencegahan pada serangan Houthi Yaman itu berhasil dilakukan dengan sistem pertahanan jarak jauh Arrow. Serangan Houthi ke wilayah Israel, terjadi saat Zionis ini melancarkan invasi darat ke daerah Gaza.
Kemana Arab Saudi?Â
Terlepas dari serangan Yaman yang membantu negara Palestina menghadapi Israel, negara dengan penduduk muslim terbanyak yakni Arab Saudi dinilai diam saja melihat konflik di Gaza terus memanas.
Padahal, diketahui bahwa konflik antara Israel dan Palestina ini sudah cukup lama, sejak abad ke-19 silam. Namun negara-negara Arab nampaknya enggan membantu Palestina. Walaupun tidak semua, tapi sebagian negara Arab terlihat diam saja.
Arab Saudi sebagai salah satu negara Islam paling dihormati, aksi nyata dan sikapnya selalu dinantikan umat Muslim yang berpihak kepada Palestina. Akan tetapi aksi konkrit Arab Saudi belum terlihat.
Dikutip dari berbagai sumber, negara Arab diketahui belum dapat bersatu dan masih terbagi dalam beberapa bagian sehingga tidak ada kesepakatan konkrit untuk membantu Palestina menghadapi serangan Israel belakangan ini.
Menurut mereka serangan ke wilayah Israel untuk membantu Palestina dapat memperburuk konflik yang masih berlangsung. Namun, alasan lain yang simpang siur yakni Arab Saudi dinilai takut pada kekuatan pasukan sekutu Israel, Amerika Serikat.
“Saya belum mengetahui negara Arab yang tidak menyatakan dukungan pada Palestina di tingkat retoris, dan akan sulit bagi mereka untuk mengatakan yang sebaliknya. Tapi yang mereka lakukan ini sangat berbeda,” kata seorang sarjana politik Timur Tengah di Carnegie Endowment di Washington H.A. Hellyer.
Selain itu, diketahui bahwa negara-negara Arab mulai menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel sejak beberapa tahun belakangan ini.
Sementara di sisi lain, para negara tetangga Palestina-Israel seperti Mesir dan Yordania menyatakan penolakan untuk menampung para pengungsi. Sebab dikhawatirkan akan memicu rusaknya perdamaian dunia.
Baru-baru ini melalui media sosial Kerajaan Arab, Raja Salman bin Abdulaziz mengutuk keras tindakan Israel yang membunuh warga sipil di Gaza.
“Kerajaan Arab Saudi mengutuk keras tindakan tidak manusiawi yang dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza yang terkepung, menyebabkan kematian dan cedera pada sejumlah besar warga sipil tak berdosa”, dikutip dari Twitter, Rabu (1/11/2023).
Ia pun menyebut tindakan Israel termasuk dalam pelanggaran hukum kemanusiaan internasional.
“Kerajaan mengutuk dan menolak sepenuhnya aksi militer pendudukan Israel di wilayah yang padat penduduk dan ini terus mengulangi pelanggaran pada hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional,” imbuhnya
Kerajaan Arab meminta agar operasi militer yang berhubungan dengan konflik Israel-Palestina segera dihentikan.
Selain itu, Menteri Pertahanan Kerajaan Arab Saudi rencananya bakal bertemu dengan sekutu Israel, yaitu Amerika Serikat. Pertemuan itu digelar setelah Israel menyebut “fase baru” perang melawan Hamas.
Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman pun telah berkomunikasi dengan Presiden Amerika Joe Biden. Ia mendesak agar dilakukan gencatan senjata antara Israel-Palestina.