ACEH BESAR – Masyarakat di Desa Lambeugak, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Aceh mulai ramai menanam tembakau setelah melihat potensi cuan dari bahan baku rokok tersebut. Saat ini, ada tujuh hektare lahan tembakau di sana, dimana lima hektare di antaranya milik petani.
Ketua Kelompok Tani Harkat, Amiruddin, mengaku dirinya telah menanam tembakau sejak tahun 1982 namun sekarang telah menggunakan teknologi untuk menciptakan rasa dan aroma sesuai diinginkan. Di lahan miliknya saat ini sudah ada tujuh varian tembakau yang ditanam.
“Dari satu lahan itu kita campur karena di campuran itu banyak varian kita tanam itu semakin harum rokok kita nanti yang kita produksi,” kata Amiruddin saat ditemui detikSumut, Jumat (4/8/2023).
Proses menanam tembakau dari proses persiapan lahan hingga panen disebut membutuhkan waktu empat bulan. Sekali tanam, bisa 14 kali panen karena memanennya dimulai dari daun paling bawah.
Menurutnya, menanam tembakau lebih cuan dari tanaman lainnya. Untuk satu kilogram tembakau kering dijual berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu tergantung jenis tembakau.
“Satu hektare lahan itu bisa menghasilkan 2 ton tembakau kering,” jelasnya.
Dia menjelaskan, tembakau yang ditanam masyarakat di sana dipasarkan di wilayah Aceh Besar, Banda Aceh, Sabang dan Aceh Barat. Harga tembakau saat ini disebut sudah stabil setelah adanya pabrik rokok rumahan di desa tersebut.
Petani memasok tembakau yang mereka tanam ke industri rokok tersebut. Menurutnya, saat ini sudah ada tujuh hektare lahan tembakau di Desa Lambeugak.
“Lima hektare itu lahan petani dan dua hektare lahan pabrik. Selama ini pasar tembakau masih lokal namun sekarang kita dirikan pabrik pasarnya bisa Nusantara lewat rokok,” ujar Amiruddin.