Mahasiswa sebagai agent of change memiliki peran penting dan strategis dalam berbagai perkembangan kehidupan sosial masyarakat. sebagai agen perubahan tentu saja keberadaan mahasiswa ikut serta meramaikan berbagai dinamika dan gejolak yang terjadi sebagai bentuk responsifnya.
Oleh karena itu, sikap kritis dari mahasiswa sangat penting yang kini diterpa beberapa poin krisis, sejak awal reformasi hingga hari ini, ada beberapa poin krisis yang terjadi antara lain :
- Krisis Regenerasi. Gerakan mahasiswa adalah gerakan yang unik, karena partisipannya atau pesertanya punya usia yang pendek, tidak ada mahasiswa yang ingin seumur hidup menjadi mahasiswa. Mahasiswa ingin cepat-cepat lulus apalagi di dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, maka gerakan mahasiswa akan diisi oleh para aktivis yang hanya sebentar melintas di kampus menggunakan waktu yang sedikit di dalam kampus, ketika kemudian mereka keluar maka biasanya aktivis dalam gerakan pun mengendur atau bahkan hilang. Dengan karakter yang unik semacam itu maka hanya regenerasi cepat yang bisa membuat gerakan mahasiswa terjaga, suatu kepemimpinan gerakan mahasiswa harus segera dialihkan tongkat estafet nya kepada pemimpin berikutnya dengan terus menerus berlangsung secara intens dengan frekuensi yang cepat dalam rentang waktu yang pendek, perputaran atau siklus regenerasi ini harus terjaga jika itu tidak terjaga maka terputuslah regenerasi gerakan mahasiswa. Benar bahwa badan eksekutif mahasiswa (BEM) atau organisasi apapun di kampus punya mekanisme pergantian kepemimpinan, tetapi berganti kepemimpinan secara prosedural tidak sama artinya menjalani regenerasi kepemimpinan untuk gerakan. Memimpin gerakan dan memimpin organisasi dua hal yang berbeda, memimpin organisasi cukup dengan menguasai dan mengendalikan teknis prosedural organisasi, sedangkan memimpin gerakan yaitu harus menyambungkan organisasi dengan persoalan-persoalan sosial, politik, dan kehidupan rakyat sehari-hari mengolahnya menjadi isu dan tema perjuangan lalu mengekspresikan dalam berbagai aksi, itulah gerakan tidak semudah seperti memimpin organisasi.
- Krisis Isu. Ketika presiden Soeharto menghadapi krisis dalam bentuk Krisis moneter dan krisis ekonomi di ujung 1997 berpuncak pada tahun 1998 maka berbagai isu mengumpul, isu yang membuat gerakan mahasiswa tidak kehabisan akal untuk punya alasan turun ke jalan atau melakukan berbagai aksi, mulai dari kelompok forum diskusi sampai dengan berjibaku di jalan menghadapi polisi. Semua kegiatan itu dilandasi dengan isu yang sangat kuat yang ketika disuarakan bukan saja mahasiswa yang mengamini tetapi juga rakyat pun menganggap isu itu bukan main-main dan bikinan, inilah krisis yang dihadapi saat ini yaitu krisis isu ketika tidak ada isu maka tidak ada gerakan mahasiswa yang akan di sokong oleh dukungan dari rakyat yang gegap gempita, tetapi ketika isu yang diangkat dirasakan oleh setiap orang maka gerakan mahasiswa menemukan relevansinya untuk menjadi perlawanan yang efektif.
- Krisis Kepemimpinan. Kepemimpinan di kampus adalah kepemimpinan yang dibentuk oleh zaman bentukan zaman itu akan menentukan kualitas kepemimpinan, di dalam situasi yang normal di tengah situasi yang landai pemimpin di kampus tidak akan banyak dilahirkan sebab seperti tidak ada tuntutan atau tantangan untuk bekerja ekstra. Tetapi ketika keadaan tidak lagi landai ketika keadaan menantang ketika kekuasaan bekerja semena-mena maka pemimpin-pemimpin dari kampus akan dilahirkan oleh zamannya, zaman demokratisasi awal adalah zaman gegap-gempita 1997-1998 hingga awal 2000 an, selepas itu sebagai mana hukum besi demokratisasi Indonesia melandai ketika itulah tidak lagi kita lihat pemimpin-pemimpin dari kampus dilahirkan. Dari kampus kita tidak menemukan mahasiswa yang bisa berteriak lantang dengan argumen yang terjaga dan suara yang dituntut rakyat, mereka memperjuangkan itu secara konsisten berhadapan dengan kekuasaan yang menakutkan, Krisis Kepemimpinan adalah yang sangat mungkin dihadapi oleh gerakan mahasiswa.
- Krisis Jaringan. Sebuah gerakan tidak bisa mengandalkan orang gerakan tidak bisa mengandalkan kelompok gerakan tidak bisa hanya bertumpu pada organisasi, sebuah gerakan akan sukses ketika punya network atau jaringan yang ikut bekerja untuk membuat yang diperjuangkan menyebar dan yang diperjuangkan semakin banyak. Kesuksesan gerakan mahasiswa 1998 adalah sukses jejaring ketika jejaring terbangun semua orang merasa bagian dari gerakan itu, maka gerakan itu menjadi eksklusif daya ledak yang tinggi “jejaring itu bukan hanya di dalam kampus, tetapi harus melebar ke luar semua pemangku kepentingan harus terlibat” tetapi yang paling penting dari jejaringan itu adalah rakyat, gerakan mahasiswa menjadi corong pengeras suara tuntutan-tuntutan yang di suarakan oleh orang-orang yang kalah dan terpinggirkan, krisis jaringan adalah krisis yang serius tanpa jejaringan yang menyokong gerakan mahasiswa tidak mungkin menjadi gerakan yang mempunyai kekuatan.
- Krisis Otentisitas. Otentisitas adalah kesamaan dan keterhubungan antara apa yang di perjuangkan oleh mahasiswa dengan apa yang dipraktekkan di dalam kampus gerakan mahasiswa adalah gerakan moral, gerakan mahasiswa bukan gerakan politik sebagai gerakan moral maka otentisitas sangat perlu. Otentisitas itu sangat penting agar orang percaya pada sebuah gerakan “gerakan mahasiswa yang otentisitas adalah gerakan mahasiswa yang benar-benar berdiri di atas kejujuran dan keadilan yang mereka perjuangkan dengan mempraktekkan kejujuran dan keadilan” krisis otentisitas adalah krisis yang sangat penting dan krusial yang harus di jaga.(*)
(isi menjadi tanggung jawab penulis)