Daerah

Pelestarian Seni Budaya Aceh, Dimulai dari Dunia Pendidikan

Banda Aceh : Upaya mempertahankan seni dan budaya Aceh di tengah arus modernisasi menjadi tantangan serius yang perlu disikapi dengan langkah nyata. Salah satu solusi yang dinilai efektif adalah dengan mengemas seni dan budaya secara kreatif, khususnya dalam dunia pendidikan.

 

“Hal ini dinilai strategis karena pendidikan menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter generasi muda. Anak-anak Aceh menempuh jalur pendidikan sejak usia dini hingga perguruan tinggi,” ujar Medya Hus, seniman Aceh, saat menjadi narasumber dialog luar studio RRI di Hotel Seventeen Banda Aceh, Kamis (31/7/2025).

 

Diungkapkan Medya Hus, Ini menjadi peluang emas untuk menyisipkan nilai-nilai budaya lokal dalam proses belajar mengajar. Muatan lokal seperti seni tari, musik tradisional, sastra Aceh, hikayat hingga adat istiadat bisa diintegrasikan dalam kurikulum, baik secara formal maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler.

 

Menurutnya, peran guru sebagai agen budaya juga perlu diperkuat, tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menjadi pelestari nilai-nilai budaya daerah. Pelibatan siswa secara langsung dalam kegiatan kesenian mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap warisan budaya leluhur mereka.

 

 

Medya Hus, seniman Aceh, saat menjadi narasumber dialog luar studio RRI di Hotel Seventeen Banda Aceh, Kamis (31/7/2025).

Namun demikian, keterbatasan sumber daya dan bahan ajar menjadi tantangan yang harus diatasi bersama oleh pemerintah daerah dan instansi pendidikan. Dengan dukungan yang konsisten, pelestarian seni dan budaya Aceh melalui jalur pendidikan diyakini mampu menjawab tantangan era modern dan menjaga jati diri bangsa.

 

Selain itu, dengan pendekatan yang tepat, media sosial bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan budaya sendiri. Seni tradisional tidak lagi terkurung dalam ruang pertunjukan, melainkan hidup dan berkembang dalam layar-layar kecil di tangan generasi muda.

 

Generasi muda yang hidup berdampingan dengan teknologi bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan melalui konten budaya yang kreatif dan informatif. “Di era digital seperti sekarang, media sosial bukan hanya tempat berbagi momen pribadi, tetapi juga menjadi sarana ampuh untuk memperkenalkan dan melestarikan seni tradisional,” pungkas Cek Medya, sapaan akrabnya.

Sumber : https://rri.co.id/aceh/berita-terkini

MA

Recent Posts

Warga Aceh Tengah Tempuh 4 Hari Perjalanan ke Gunung Salak, Polres Lhokseumawe Evakuasi dan Salurkan Bantuan

Lhokseumawe – Krisis bahan pokok pasca banjir dan longsor di Aceh Tengah memaksa puluhan warga…

13 jam ago

Personel Polres Lhokseumawe Gunakan Rakit Salurkan Bantuan Banjir Ke Desa Gunci

Lhokseumawe – Upaya kemanusiaan terus dilakukan Polres Lhokseumawe untuk membantu warga terdampak banjir di wilayah…

14 jam ago

Kapolres Lhokseumawe Perintahkan Patroli Pasar Besar-Besaran, Tegaskan Larangan Penimbunan dan Kenaikan Harga di Luar Kewajaran

LHOKSEUMAWE – Menyikapi situasi pascabanjir yang berdampak pada distribusi barang kebutuhan pokok dan bahan bakar,…

1 hari ago

Kapolres Lhokseumawe Salurkan Air Bersih untuk Warga Meurah Mulia Terdampak Banjir

ACEH UTARA – Polres Lhokseumawe kembali hadir membantu warga terdampak banjir dengan menyalurkan bantuan sosial…

1 hari ago

Kapolres Lhokseumawe Salurkan Bantuan Sembako untuk Santri Dayah Darul Falah Al Aziziah Terdampak Banjir di Dewantara

ACEH UTARA – Dalam upaya membantu para santri dan lembaga pendidikan agama yang terdampak banjir,…

2 hari ago

Alumni Akpol 2005 Salurkan Bantuan Sembako untuk Warga Terdampak Banjir di Samudera Aceh Utara

Aceh Utara – Alumni Akpol 2005 Tatya Dharaka menyalurkan bantuan sembako kepada warga terdampak banjir…

2 hari ago