Daerah

Masyarakat Aceh Serius Tolak Imigran Rohingya Sampai Gelar Aksi Demo

Banda Aceh — Sejumlah pemuda yang mengatasnamakan diri Mahasiswa Pemuda Peduli Aceh (MPPA) menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Simpang Lima, Kota Banda Aceh, Rabu (29/11/2023).

Saat unjuk rasa, mereka menyatakan menolak kehadiran imigran Rohingya yang masuk ke Aceh. Selain melakukan orasi, peserta aksi juga membawa spanduk berisikan protes, di antaranya bertuliskan “Tangkap Sindikat Perdagangan Orang”.

“Saat ini, lebih banyak masyarakat lokal yang lebih membutuhkan bantuan pemerintah dibandingkan imigran Rohingya yang terus-terusan datang dan membuat onar,” kata Koordinator Lapangan, Azizi Hubas.

Ia mengatakan selama ini Aceh lebih banyak memberi bantuan terhadap pengungsi Rohingya. Namun hal tersebut banyak disalahgunakan hingga terkesan para pengungsi sengaja berlabuh di Aceh.

Ia menyayangkan sikap pemerintah yang tidak tegas sehingga mereka yang terlibat memanfaatkan kebaikan rakyat Indonesia dan Aceh.

“Membantu mereka sewajarnya, berikan makanan, minuman, berikan bahan bakar untuk kapal mereka,” tukasnya.

“Tapi jangan biarkan mereka di sini, biarkan mereka melanjutkan perjalanannya,” ucap Azizi melalui mikrofon.

Ia pun meminta Pemerintah Aceh untuk mengusir imigran Rohingya yang terus berdatangan di Aceh.

“Kami meminta Pemerintah Aceh untuk fokus masalah internal seperti bencana banjir yang melanda daerah-daerah di Aceh saat ini dibandingkan mengurus Rohingya,” pungkas Azizi.

Menurut data United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) di Jakarta, sudah ada 3 kapal membawa pengungsi Rohingya yang berlabuh di Aceh.

Pertama pada tanggal 14 November 2023, kapal kayu dengan dengan membawa 194 orang berlabuh Pidie.

Lalu pada 15 November 2023, sebanyak 147 orang juga tiba di Pidie.

Terakhir pada 16 November 2023, ratusan pengungsi Rohingya tiba di Bireuen dan ditolak oleh warga.

Akhirnya rombongan tersebut bertolak ke pesisir pantai kawasan Ulee Madon, Aceh Utara.

Kedatangan mereka terakhir menuai protes dan ditolak oleh warga karena merasa tidak nyaman dengan tingkah laku imigran Rohingya yang meresahkan.

Indonesia sendiri tidak melakukan penandatanganan Konvensi Pengungsi tahun 1951.

Ironisnya, banyak negara yang menjadi pihak dalam konvensi tersebut telah menutup pintu mereka dan bahkan menerapkan kebijakan menolak pengungsi.

Selama ini warga Aceh, khususnya di Lhokseumawe dan Aceh Utara selalu memberi peluang bagi pengungsi Rohingya untuk mendarat. Namun dengan berjalannya waktu, banyak tindakan pengungsi yang meresahkan warga sekitar serta tak mematuhi norma sosial di Aceh.

Sebelum gelombang kedatangan terakhir, Indonesia sedikitnya telah menampung sekitar 1.000 orang Rohingya.

Sumber Berita : Kompascom

jamalofficial

Nama lengkap Saya Jamaluddin, S.Kom Kalau Jamal lain yang tidak punya S.Kom berarti itu bukan Saya.

Recent Posts

Kotabaru Jadi Serambi Malioboro, Ini Terobosan Pemkot Yogyakarta

Yogyakarta: Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta akan menata Kawasan Kotabaru sebagai perpanjangan wisata dalam satu kesatuan menjadi…

7 jam ago

Gubri Abdul Wahid Tunjuk Enam Plt Kepala OPD

Pekanbaru : Gubernur Riau, H. Abdul Wahid, kembali melakukan rotasi dan penunjukan pejabat pelaksana tugas…

7 jam ago

Pasca Lebaran, Harga Emas Perhiasan Di Pekanbaru Naik

Pekanbaru: Harga emas perhiasan di Pekanbaru mengalami kenaikan signifikan pasca Lebaran 2025. Berdasarkan pantauan di…

7 jam ago

Imigrasi Mencatat Keberangkatan WNA di Pelabuhan BSSR Naik Drastis

Bengkalis: Jumlah Warga Negara Asing (WNA) yang pulang ke negara asal melalui Pelabuhan Bandar Sri…

7 jam ago

Jemaah Haji Aceh Kloter Pertama Berangkat 18 Mei 2025

Banda Aceh, - Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Aceh, Azhari menyebutkan, kelompok terbang…

7 jam ago

Ketua TP PKK Aceh Dorong Percepatan Bantuan Rumah untuk Masyarakat dan Eks Kombatan

Gubernur Aceh, Marlina, selaku Ketua TP PKK Aceh, mendorong percepatan program bantuan rumah untuk masyarakat…

7 jam ago