LHOKSEUMAWE- SSecara spasial, pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Wilker KPw BI Lhokseumawe sebagian besar masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi Aceh.
Sedangkan terdapat 3 (tiga) Kabupaten yang mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi dari Prov Aceh, antara lain yaitu Aceh Tengah (5,60%) sekaligus yang tertinggi di Prov Aceh, Bener Meriah (5,22%), dan Bireuen (4,38%), ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe Gunawan dihadapan awak media, Rabu (20/3/2024).
Dalam Konferensi Pers Tentang Diseminasi Perekonomian Terkini Serta Siaran Pers Kickk Off Serambi, Mubaraq Dan Road To Fesyar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe, yang berlangsung di oproom kantor BI Perwakilan Lhokseumawe tersebut, Gunawan juga membahas tentang perekonomian Aceh pada triwulan IV 2023 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara keseluruhan tahun, ekonomi Aceh tumbuh 4,23% meningkat dibanding tahun 2022 sebesar 4,21%.
Provinsi Aceh masih mengalami defisit perdagangan antar daerah pada tahun 2023 sebesar Rp4,68 T, menurun signifikan bila dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp20,49 T. Defisit utamanya berasal dari pembelian cerutu dan sigaret; buah dan kernel kelapa sawit; alat transportasi; motor, dan mobil. Namun, defisit lebih lanjut dapat ditahan dengan penjualan beberapa komoditas seperti minyak kelapa sawit mentah; buah dan kernel kelapa sawit; kopi (roasted).
“Secara spasial, pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Wilker KPw BI Lhokseumawe sebagian besar masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi Aceh. Hanya tiga daerah yang mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi dari Provinsi Aceh, yaitu Aceh Tengah sekaligus yang tertinggi di Prov Aceh, Bener Meriah dan Bireuen,” terang Gunawan.
Pada kesempatan itu dirinya juga menyebutkan, kondisi Inflasi masih terjaga dengan baik dan terjaga dalam kisaran sasaran.
Hal itu tidak terlepas dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Di Aceh sendiri, Berdasarkan data BPS, inflasi tahunan Provinsi Aceh mencatatkan angka 2,33% (yoy) pada Februari 2024, meningkat dibandingkan Januari 2024 yang sebesar 2,12% (yoy).
Komoditas beras, Sigaret Kretek Mesin (SKM), tomat, cabai merah, dan gula pasir menjadi komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi. Hal ini utamanya diakibatkan oleh kondisi cuaca yang berdampak pada pergeseran musim tanam dan panen serta peningkatan permintaan, terang Kepala Kantor Perwakilan BI Lhokseumawe.( Muchlis)